Cari Blog Ini

Kamis, 26 Maret 2009

Moralitas yang Rendah Cermin Budaya Kekerasan

Oleh : Irfan Karunia Osa

Mahasiswa Ilmu Ekonomi

Institut Pertanian Bogor

Beberapa saat terakhir banyak bermunculan di media massa, berita-berita tentang kekerasan yang mendera masyarakat bangsa ini. Mulai dari berita tentang kerusuhan yang menyebabkan kematian seorang ketua DPRD, kekerasan dalam dunia pendidikan, kekerasan dalam dunia militer, bahkan hingga kekerasan yang dilakukan oleh artis sinetron. Berita-berita tersebut tentunya menjadi sangat fenomenal karena terjadi dalam waktu yang beriringan. Proses kejadian kekerasan yang terus muncul beriringan tersebut menyiratkan bahwa seakan-akan kekerasan saat ini sudah menjadi budaya yang lazim untuk menyikapi atau menyelesaikan suatu permasalahan.

Tentunya sangat mengkhawatirkan jika pernyataan di atas menjadi kenyataan. Bangsa ini akan menjadi bangsa yang bodoh apabila menjadikan kekerasan sebagai jalan keluar, terlebih lagi apabila kekerasan tersebut sudah membudaya dan mengakar di masyarakat. Maka itu harus dicarikan solusi yang tepat untuk menangani masalah kekerasan tersebut. Ada pepatah yang menyebutkan bahwa “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Hal ini pun berlaku bagi kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, dimana langkah yang paling tepat adalah mencegah terjadinya kekerasan tersebut selain menghukum pelakunya dengan hukuman yang setimpal agar menjadi pelajaran positif bagi masyarakat.

Untuk mencegahnya, kita perlu merunut masalah kekerasan ini satu persatu ke belakang untuk mengetahui penyebab mengapa kekerasan akhir-akhir ini sangat marak terjadi di masyarakat. Contoh kasus yang akan kita ambil adalah kasus kerusuhan yang menyebabkan kematian ketua DPRD di Sumatera Utara. Pada dasarnya kekerasan tergolong ke dalam dua bentuk yaitu kekerasan sembarang, yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak terencanakan, dan kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik yang diberi hak maupun tidak. Kasus kerusuhan di Sumatera Utara ini termasuk yang kekerasan yang terkoordinir. Indikasi ini tentunya sangat mengkhawatirkan, dimana kekerasan terjadi dengan sebuah perencanaan yang sangat matang. Hal ini menyiratkan bahwa kekerasan merupakan hal yang dibenarkan oleh pelakunya, karena merupakan sesuatu yang direncanakan.

Penyebab utama dari kasus tersebut dan kasus lainnya adalah semakin rendahnya moralitas masyarakat dan ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola Emotional Spiritual Question dalam diri mereka. Akibatnya, masyarakat akan semakin mudah menggunakan kekerasan atau menghalalkan segala cara untuk penyelesaian masalah mereka tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Kemudian, penyebab dari rendahnya moralitas masyarakat tersebut adalah dunia pendidikan yang saat ini tidak menitikberatkan moralitas sebagai poin utama pendidikan. Sebenarnya ini adalah “dosa pendidikan Indonesia”, dimana pelajar hanya dididik untuk mengejar nilai seratus untuk matematika, IPA, IPS dan lain-lain sehingga yang terjadi adalah kasus perkelahian para siswa yang terjadi dimana-mana. Solusi umum yang harus dihadirkan dari penyebab di atas adalah peningkatan moralitas masyarakat sejak dini dalam lingkungan kemasyarakatan mauppun dunia pendidikan, sehingga dalam bertindak masyarakat dapat berpikir dengan jernih apa yang harus dilakukan untuk menyikapi suatu masalah dan jauh dari budaya kekerasan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar