Oleh : Irfan Karunia Osa
Pemuda merupakan tonggak penggerak utama dalam perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Pemuda memiliki peran sentral dalam perjuangan membangun bangsa, baik perjuangan fisik maupun diplomasi dengan intelektualitas dan organisasi sosial politik yang dimilikinya. Tanpa adanya pergerakan dan perjuangan dari pemuda, saat ini mungkin bangsa kita belum merdeka. Tentu saja pernyataan tersebut sama sekali tidak bermaksud mengecilkan peran dari para pejuang kemerdekaan lainnya yang pada saat itu sudah tidak termasuk dalam golongan “muda”. Banyak peristiwa yang menegaskan bahwa pemuda memiliki peran sentral dalam membangun bangsa.
Misalnya saja sebelum tanggal 17 Agustus 1945 dimana Sang Proklamator mengumumkan pernyataan “merdeka” ke seluruh dunia. Pada waktu itu para pemuda lah yang sebenarnya mendorong proklamasi diproklamirkan secepatnya. Saat itu wacana bahwa akan diproklamirkannya kemerdekaan memang sudah terdengar. Namun saat itu Soekarno dan Hatta menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI. Para pemuda yang memiliki idealisme tinggi dan semangat kemerdekaan yang besar tidak menyetujui hal tersebut karena PPKI dinilai sebagai organisasi buatan Jepang. Karena hal tersebut pada tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta “diculik” ke Rengasdengklok oleh para pemuda. Di tempat tersebut para pemuda bernegosiasi dengan Soekarno dan Hatta. Para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta agar mempercepat kemerdekaan. Akhirnya dengan diplomasi dan semangat juang yang tinggi para pemuda berhasil meyakinkan Sang Proklamator agar mempercepat kemerdekaan. Hanya sehari setelah peristiwa itu tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia diproklamirkan sebagai negara yang merdeka oleh Soekarno dan Hatta. Dari peristiwa di atas dapat dilihat bahwa peran pemuda cukup sentral dalam perkembangan bangsa. Mungkin jika para pemuda tidak bertindak dengan cepat, Indonesia tidak akan merdeka seperti saat sekarang ini. Keberanian “menculik” Soekarno dan Hatta, inisiatif mendesak golongan “tua” untuk segera memerdekakan diri dan masih banyak contoh lain merupakan bukti nyata dari idealisme dan semangat juang yang tinggi dari para pemuda.
Jika waktu ditarik lebih ke belakang lagi, ada contoh lain yang membuktikan bahwa peran pemuda cukup besar dalam sejarah perkembangan bangsa yaitu peristiwa sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada peristiwa tersebut dapat dilihat bahwa para pemuda tidak hanya memiliki idealisme dan semangat juang yang tinggi namun juga memiliki inisiatif, intelektualitas dan pemikiran yang kritis tentang bagaimana memajukan bangsa yang dalam hal ini merupakan upaya dalam mempersatukan bangsa. Pada peristiwa tersebut para pemuda merumuskan dan mengikrarkan sebuah sumpah yang mampu menyatukan nusantara. Mungkin apabila saat itu para pemuda tidak mengikrarkan sumpah pemuda, bangsa kita saat ini belum menjadi satu bangsa dan mungkin saja kita belum memiliki satu bahasa yang dapat menjadi pemersatu bangsa ini. Sekali lagi, dari peristiwa tersebut terlihat peran pemuda yang begitu sentral dalam perjuangan membangun bangsa, baik perjuangan secara fisik maupun diplomasi.
Seolah tidak pernah lenyap ditelan waktu, dari zaman ke zaman tumbuh pemuda-pemuda lain yang menggantikan peran dari para pemuda yang sudah “hijrah” menjadi kalangan yang “tidak muda lagi”. Tanpa disadari semangat-semangat perjuangan untuk memajukan bangsa selalu berhembus walaupun pemuda bangsa ini terus berganti. Dengan idealisme yang tinggi para pemuda selalu berusaha agar bangsa ini lebih maju lagi. Dengan kelebihannya para pemuda selalu berusaha memimpin bangsa ini khususnya memimpin rakyat untuk membuat bangsa ini naik ke tingkat yang lebih tinggi. Proses “penularan semangat dan peran” dari generasi ke generasi tersebut dapat berjalan karena adanya organisasi ataupun kelembagaan pemuda yang terus melakukan regenerasi. Tentunya organisasi dan kelembagaan tersebut dibangun dengan visi dan misi yang intinya sama yaitu membangun bangsa kea rah yang lebih baik.
Bukti bahwa regenerasi “semangat’ dan “peran” berlangsung dengan baik dan berjalan dengan sendirinya adalah peristiwa reformasi yang dilakukan oleh pemuda khususnya mahasiswa di tahun 1998. Jauh sebelum peristiwa tersebut hampir tidak ada peristiwa besar yang dilakukan oleh para pemuda. Jadi, walaupun cukup lama peran pemuda agak sedikit “tenggelam” saat “rezim Soeharto” tetapi tetap saja semangat dan peran dari para pemuda sebelumnya dapat tertularkan pada pemuda saat itu. Semangat pemuda yang turun temurun tersebut itulah yang merupakan salah satu faktor terjadinya peristiwa “reformasi Mei 1998”. Tentu saja masih banyak faktor lain yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi, salah satunya adalah karena pada saat itu Indonesia mengalami krisis multi dimensi yang membuat pemuda dalam hal ini mahasiswa tidak dapat tinggal diam dan menggulingkan Soeharto dari kursi kekuasaan. Pada saat itu para pemuda yang mengatasnamakan reformasi menduduki gedung DPR dan meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden. Hal itu disebabkan oleh tidak tahannya lagi pemuda dan seluruh rakyat Indonesia terhadap rezim Soeharto. Ketidaksukaan terhadap rezim Soeharto muncul karena banyak kebebasan dalam aktivitas bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara yang dikekang oleh pemerintah. Walaupun pada rezim Soeharto Indonesia memiliki stabilitas politik, namun stabilitas tersebut terjadi karena adanya paksaan yang tidak sehat untuk kemajuan bangsa. Dengan banyak alasan yang lain pula akhirnya para pemuda berhasil membuat Soeharto mengundurkan diri pada tahun 1998.
Setelah peristiwa tersebut eksistensi pemuda kembali terlhat dalam memimpin bangsa. Hal tersebut semakin mempertegas julukan yang sejak dulu diberikan kepada para pemuda yaitu sebagai agent of change. Julukan tersebut sangat pantas diberikan kepada para pemuda karena selama ini dalam sejarah perkembangan bangsa, para pemuda memiliki peran sebagai agen perubahan dari keadaan bangsa yang darurat, kritis, dan krisis menjadi keadaan yang tentunya lebih baik dari sebelumnya. Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan sisi positif dari peran pemuda yang selama ini berusaha menjadi pemimpin bangsa dalam menyikapi hal-hal yang dirasakan kurang baik atau harus segera disikapi oleh pemuda. Namun dalam kehidupan ini segala sesuatunya memiliki sisi positif dan negatif. Begitu juga dengan eksistensi pemuda di Indonesia selain memiliki sisi atau dampak positif kita juga harus melihat lebih dalam bahwa keberadaan atau eksistensi pemuda Indonesia khususnya saat ini juga memiliki sisi atau dampak negatif.
Sebenarnya semangat menggebu-gebu dari pemuda yang selama ini merupakan kelebihan dan merupakan sisi positif dari pemuda juga dapat menjadi pengaruh atau dampak yang negatif jika tidak dapat dikontrol dan justru dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Selain itu sifat pemuda yang kadang-kadang menginginkan hasil yang cepat dari sebuah proses juga menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Dengan sifat tersebut bisa saja pemuda menjadi lepas kendali atau gegabah dalam beraksi. Hal tersebut dikhawatirkan akan menghasilkan perubahan bukan ke arah yang lebih baik tetapi justru menghasilkan perubahan yang tidak jelas arahnya ataupun perubahan yang tak kunjung selesai.
Contoh sisi atau dampak negatif dari eksistensi pemuda Indonesia adalah peristiwa yang sebelumnya sudah disampaikan di atas, yaitu peristiwa “reformasi 1998”. Pada peristiwa tersebut memang dihasilkan sesuatu yang positif yaitu penggulingan rezim yang berkuasa selama 32 tahun dimana rezim tersebut mengekang kebebasan masyarakat dan berlaku tidak adil saat berkuasa. Peristiwa yang mengatasnamakan reformasi tersebut jika dilihat dari sudut pandang lain juga memiliki sisi atau dampak negatif. Misalnya saja ketika mahasiswa “berperang melawan polisi”, kemudian ketika pemuda berhasil “menduduki” gedung DPR dan kejadian lainnya. Hal itu secara tidak langsung menyebabkan terjadinya kerusuhan, penjarahan dan kerusakan dimana-mana. Efek itulah yang kurang dipikirkan oleh pemuda sebelum menjalankan aksinya. Karena terburu-buru dan bernafsu untuk menggulingkan pemerintahan, saat itu para pemuda kurang memikirkan efek negatif yang akan terjadi. Sebagai kaum muda yang memiliki intelektualitas tentu mengetahui bahwa untuk melakukan sebuah reformasi juga dapat dilakukan dengan cara yang lebih tertib dan tidak provokativ seperti saat itu. Akibat aksi yang kurang diperhitungkan tersebut banyak bangunan hancur, motor dan mobil dirusak serta dicuri, dan banyak toko yang dijarah dimana-mana.
Selain itu efek negatif yang terjadi pada tahun 1998 memunculkan opini bahwa sebenarnya mahasiswa atau pemuda ditunggangi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan tidak bertanggung jawab dalam menjalankan aksinya. Hal tersebut mencuat karena sifat mahasiswa yang menggebu-gebu, aspiratif dan menginginkan hasil yang instant membuat pemuda atau mahasiswa mudah dijadikan alat oleh pihak-pihak yang yang tidak bertanggung jawab untuk memuluskan jalan atau niat golongan tertentu. Namun, yang menyulitkan adalah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut dapat membuat pemuda tidak sadar bahwa mereka telah dijadikan alat oleh golongan tersebut. Hal itu terjadi karena setiap “menggunakan” pemuda sebagai alat, para pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut mengatasnamakan sesuatu yang sebenarnya hanya merupakan alibi untuk memuluskan kepentingannya.
Misalnya saja pada tahun 1998, waktu itu terjadi aksi besar-besaran dari para pemuda yang mengatasnamakan reformasi. Ratusan bahkan ribuan pemuda ikut dalam aksi tersebut. Masyarakat yang lain pun banyak yang terpengaruh dan ikut dalam aksi tersebut hingga menimbulkan kerusuhan yang memporak-porandakan Indonesia. Sesuatu yang tentunya tidak akan dilakukan oleh pemuda yang dikenal memiliki idealisme dan sangat mencintai negerinya. Kerusuhan terjadi karena aksi para pemuda tidak terkontrol dan banyak dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang pada saat itu juga ingin menggulingkan pemerintahan yang tentunya mengatasnamakan reformasi. Selain itu, pemuda saat itu yang mengembor-gemborkan semangat reformasi sebenarnya tidak terlalu mengerti langkah-langkah apa yang harus mereka lakukan setelah reformasi itu terjadi. Buktinya, sampai sepuluh tahun setelah reformasi, bangsa ini bukannya bertambah baik tetapi justru bertambah buruk jika dibandingkan dengan zaman Soeharto. Pemuda yang dulu mengawali reformasi, sekarang ini pun tidak tahu apa yang harus dilakukan dan yang lebih parah lagi ada pemuda yang dulu sangat bangga dengan idealismenya, begitu bergabung dengan kalangan eksekutif ataupun legislatif berubah sifat menjadi seperti pemerintah atau anggota dewan yang dulu dikritiknya. Bila sudah begini tidak ada yang mau bertanggung jawab dengan proses reformasi tersebut. Reformasi yang dimulai dengan sangat berapi-api, menghabiskan banyak sumber daya dan menghasilkan banyak kerugian sampai saat ini belum ada yang mengakhiri. Mengakhiri disini berarti berhasil menjadikan reformasi tersebut sebagai alat untuk membuat Indonesia lebih baik dari segala sisi. Bukan seperti sekarang ini dimana reformasi telah melahirkan demokrasi yang kebablasan. Partai begitu menjamur dan kebebasan yang diberikan sering disalahgunakan sehingga Indonesia bukannya semakin menyatu tetapi justru diantara sesama anak bangsa saling sikut-menyikut untuk berebut kekuasaan.
Kasus di atas adalah bukti bahwa pemuda dalam aksi yang mereka lakukan tidak dengan jelas dan paham betul mengetahui apa yang mereka suarakan. Hal itu terjadi karena saat ini kebanyakan dari mereka ditunggangi atau dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab dalam rangka memuluskan kepentingan golongan tertentu. Hal itulah yang harus dievaluasi dan dihilangkan dalam pergerakan pemuda kedepannya. Pergerakan atau aksi dari pemuda harus bebas dari intervensi pihak manapun karena jika sudah dintervensi maka idealisme yang disandang para pemuda dengan sendirinya akan luntur. Jika sudah begitu peran pemuda yang sebelumnya sebagai agent of change tidak akan berfungsi dengan baik. Hal itulah yang dikhawatirkan akan terjadi kedepannya, pemuda yang merupakan kekuatan terbesar bangsa tidak lagi murni dengan pergerakannya tetapi sudah dimanfaatkan oleh pihak lain dengan banyak kepentingan yang dapat merusak masa depan bangsa. Pemuda adalah aset terpenting bangsa, oleh karena itu pemuda haruslah dibina dengan baik dan dijaga kenetralitasannya.
Di zaman seperti sekarang ini pemuda haruslah menjadi pemimpin bangsa yang dalam bertindak harus mengerti dan paham betul apa yang dilakukannya. Selain itu langkah selanjutnya atau tindak lanjut dari aksi yang dilakukannya juga harus dirumuskan dan dipikirkan terlebih dahulu. Jangan sampai menggebu-gebu dalam aksinya namun tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dengan begitu pemuda yang memiliki intelektualitas tinggi, semangat yang berapi-api, idealisme yang tinggi serta berbagai kelebihan lain yang dimilikinya dapat menjadi pemersatu bangsa dan memimpin bangsa ini agar menjadi bangsa yang lebih maju dan dapat menyejahterakan seluruh rakyatnya.
Hidup Pemuda...!!!Hidup Mahasiswa...!!!Jaya Indonesia...!!!